Kembali Pulang

Multatuli.
1 min readJun 6, 2023

--

Dan kini tak ada lagi api yang membara diantara kita, hanya tersisa abu-abu. Lika-liku waktu dan hebatnya semesta menjembatani perjumpaan kita, yang entah nantinya akan dibawa kemana.

Kembali pulang bersama sebuah ransel berisikan trauma yang mendalam, dibuang ke dalam jurang yang sempat kita sumpahi, dan seutas luka yang mengering.

Dan kembali lagi pulang, di ujung sana, di tepi pantai bertitel “ramai” yang nyatanya hanya dihuni sepasang manusia yang keduanya bertolak belakang, mereka berdua dengan sebuah pena menuliskan imajinasi mereka di atas desir pasir pantai, walau mereka tahu gemuruh ombak akan menghanyutkan imajinasi mereka, juga luka-luka yang tak sempat menyublim menjadi belati.

Kembali Pulang,

Berkelana jauh lalu runtuh
Di dalamnya aku teduh
Sorak-sorai gemuruh mendamba
Sebuah siasat mengenai rasa

Jinjit kecil kita berlari menuju hari
Dimana mati adalah pasti,
Namun, biarkanlah janji-janji itu
Berlari mendahului kami

Dan kini tak ada lagi api yang
membara di atas kami, hanya
Ada abu-abu yang merana
Menjadi sebuah rima.

Kembali pulang aku kepadamu
Langkah kecil namun pasti
Terima kasih untuk dekap hangat
Yang selalu ku ingat.

--

--

Multatuli.

Setenang laut kata-kata itu bersemayam di setiap hati pembacanya.